Kamis, 27 Desember 2007 0 comments

Bulan Separuh



Dan kini tinggal bulan separuh
menunggu hilang
menanti petang
ditelan keheningan malam
hanya separuh
namun tetap indah
seindah kala purnama
secantik kala sabit pertama.
Namun kini hanya tinggal separuh
menyisakan kekhawatiran
meninggalkan hayalan suram
menantinya kelam tertelan oleh dingin malam
Cahayanya kian redup saja
tak seterang dahulu
meski tetap bisa menerangiku dari kegelapan
Wajahnya kian samar saja
terhalang mega hitam mengerikan
tak bisa kulihat lagi garis-garis wajah bulan itu
semuanya semakin samar mengherankan,
dan mungkin kita akan kehilangan bulan
esok, atau mungkin lusa
tanpa tahu kapan akan terbit kembali
ah.........
mungkin kita harus mencari bintang
untuk menemani malam kita nanti
tapi cukupkah hanya sebuah bintang
yang mungkin sinarnya tak seterang rembulan
meski ia juga indah
menawarkan tarian-tarian malam yang tak akan pernah membuat kita bosan,
selalu dan selalu ingin memandangnya
tapi akankah kehidupan kita hanya akan bergumul dengan kealp-kelip bintang saja
kemudian tetap saja berada dalam kegelapan malam tanpa cahaya terang
atau mungkin kita bercinta saja dengan matahari
sembari berharap tak akan ada lagi malam
sambil perlahan melupakan kegagahan bulan
dan dengan terus menghayal
semoga hanya akan ada siang,
tak kan kubiarkan mentari hanyut ditepi barat meninggalkanku
mempecundangiku lagi...
menghianatiku lagi..........
biar kurantai setiap sudutnya dengan gembok yang hanya akan terbuka dengan
tanganku
karena aku tak ingin lagi kehilangan
seperti bulan yang sepertinya mulai meninggalkanku
Baca SelengkapnyaBulan Separuh
Minggu, 23 Desember 2007 0 comments

Menghormati Kesakralan Azhar


Setiap awal bulan ke 12 mahasiswa di cairo pasti mulai dilanda pusing dan risau. apalagi mahasiswa yang bertempat tinggal di luar asrama. Mereka harus siap-siap uang tambahan buat mensuplai beasiswa yang tawaquf alias ditangguhkan selama beberapa bulan. Tapi kerisauan itu mungkin tak seberapa bila dibandingkan dengan hajad besar yang mereka hadapi setiap bulan desember. Apalagi kalau bukan ujian awal term.
Bulan desember memang sering kali dibenci para mahasiswa. Soalnya di bulan ini pula biasanya bertumpuk-tumpuk tugas dan kewajiban harus dilakukan mahasiswa. Mulai dari mengurus visa yang sudah hampir limited, mengatur jadwal kuliah, mikirin uang rumah, mentajdid beasiswa dan masih banyak lagi tugas di sana-sini. Belum lagi biasanya di bulan desember adalah puncaknya musim dingin. Maka tidak aneh kalau banyak mahasiswa selalu menyambut awal bulan desember dengan sebuah lagu...."desember kelabu...".
Kalaupun ada yang paling ditakuti dari bulan desember tentu saja itu adalah ujian awal term. Hampir semua mahasiswa sibuk mencari tahdid dan diktat kuliah dari duktur di kampus. Tapi tidak sedikit juga yang memilih tetap di rumah sambil pegang telepon. Dari si A sampai si Z diabsen semua untuk sekedar mencari tahdid. Sungguh unik kuliah di al-Azhar ini.
Konon kata orang-orang yang sudah lama kuliah di Azhar, ujian di sini tidak hanya mengandalkan kecerdasan otak saja. Menurut cerita sebagian orang tua, ada factor "X" yang terkadang berperan dalam hasil ujian mahasiswa Azhar. Tentunya factor "X" yang dimaksud bukanlah manipulasi nilai atau sogok menyogok seperti yang terjadi sewaktu ujian SMA dulu. Akan tetapi yang dimaksud oleh para orang tua itu adalah factor keberuntungan ataupun kebarokahan Azhar.
Untuk sekadar memperkuat kebenaran factor "X" tersebut mereka biasanya akan membeberkan beberapa kasus yang terjadi pada beberapa mahasiswa di negeri kinanah ini. Mulai dari kasus mahasiswa cerdas yang harus ngulang sampai beberapa tahun sampai kasus mahasiswa badung yang bisa lolos tiap tahun dengan nilai memuaskan.
Terlepas dari benar tidaknya factor "X" tersebut saya sebagai salah satu manusia yang kebetulan juga kuliah di kampus Muhammad Abduh ini tetap yakin bahwa apapun hasil yang didapatkan seseorang itu semua adalah hasil dari kerja keras dirinya sendiri. Seorang yang naik dengan nilai bagus tentu saja adalah hasil belajar dia selama ujian berlangsung. Dan seorang yang kebetulan belum naik pastilah juga karena ada beberapa hal dalam usaha dia yang kurang maksimal. Kalimat ini tentu saja bukan saya maksudkan untuk tidak mempercayai takdir Allah kepada hambanya. Namun ini lebih sebagai argument realistis yang menurut saya memang selayaknya didahulukan sebelum menyerahkan alasan terakhir kepada takdir Allah. Allah memang berhak menentukan hasil apapun untuk setiap hambanya tapi itu terjadi setelah hambanya melakukan kerja keras dan memperlihatkan kemauannya kepada Allah sang pemberi keputusan akhir. Kepercayaan seperti ini mungkin penting agar seorang tidak lantas mengadukan semuanya kepada Allah ketika tiba-tiba ia mendapat hasil yang kurang memuaskan. Pun juga sebaliknya agar seorang yang mendapat hasil bagus tidak lantas berjumawa sesuka hati sampai lupa bersyukur kepada tuhannya.
Karena pada dasarnya hasil yang didapat seseorang pasti akan berbanding lurus dengan apa yang ia lakukan. Bukan hanya takdir tuhan tapi bukan juga an sich karena kekuatan manusia. Seperti halnya tidak cukup hanya dengan kata-kata "bi ttaufiq" atau "rabbuna ma'ak" saja akan tetapi harus didukung dengan sebuah persiapan yang matang dan strategi yang jitu.
Akan tetapi meskipun kita harus realistis menanggapi factor "X" tersebut, menurutku ada satu hal yang selama ini tidak akan bisa terlepas dari seorang mahasiswa. Dan tidak boleh dianggap. Factor itu adalah kesakralan Azhar yang memang selalu muncul pra ujian. Bukan pemandangan aneh bila mendekati ujian tiba-tiba ada yang rajin puasa senin kemis, atau tiba-tiba tidak pernah absent jamaah di masjid bawah 'imarah. Hal itu wajar bahkan menurutku sangat wajar. Karena kepekaan emosi pasti akan selalu mengantarkan seseorang untuk mendekat kepada tuhannya disaat seseorang butuh pertolongan.
Akan ada ketenangan tersendiri saat kita mengurangi kegiatan kita demi sebuah ujian. Meskipun kita tidak atau belum melakukan apa-apa untuk persiapan ujian di akhir bulan. Atau mungkin lebih tepatnya dibutuhkan persiapan mental untuk menyambut ujian Azhar. Bayangkan saja mengikuti ujian selama hampir satu bulan pasti akan sangat menyita emosi setiap mahasiswa. Wajar jika mental sangat berperan penting dalam kesuksesan akademis mahasiswa Azhar.
Buktinya hampir diseluruh lembaga kajian dan keorganisasian meliburkan aktifitasnya diawal bulan desember. Semuanya tutup kegiatan dan mahasiswa lebih memilih menenangkan diri di rumah masing-masing. Itu setidaknya sebuah bukti bahwa sangat penting menyiapkan mental untuk sebuah ujian di kampus para Syeikh ini.
Yang biasanya sering jalan mungkin akan mengurangi jadwal jalan mereka, yang biasanya sibuk di organisasi mungkin akan mengurangi aktifitas mereka, dan yang biasanya berchating ria mungkin juga sebaiknya mengurangi jadwal chatingnya demi menghormati kesakralan Azhar.

Baca SelengkapnyaMenghormati Kesakralan Azhar
Sabtu, 22 Desember 2007 2 comments

Memahami Poligami



Pagi ini aku terkejut ketika membaca berita di salah satu surat kabar kota via internet. Ada sebuah berita tentang ibu-ibu yang memboikot seorang imam masjid di arab Saudi dengan alasan sang imam yang getol mengkampanyekan poligami kepada kaum adam di arab sana.

Tidak hanya memboikot imam masjid saja, bahkan ibu-ibu tersebut diberitakan langsung menginstruksikan para suami mereka untuk pindah masjid dan tidak lagi berjamaah dengan imam itu. Selain sebagai bukti pemboikotan mereka tentu saja hal itu mungkin mereka lakukan agar para suami mereka tidak terbawa ajakan ustadz untuk berpoligami ria dan memadu mereka dengan wanita lain.

Kalau dulu ada salah satu dai kondang kita yang enggan berkampanye poligami lantaran dirinya sendiri belum berpoligami maka yang satu ini berbeda dengan dai kondang kita. Tidak tanggung-tanggung lagi sang imam masjid tersebut langsung memberikan contoh dengan menikahi tiga orang wanita di negaranya sana. Mungkin beliau sedang mengamalkan seruan agama yang mengatakan bahwa dakwah dengan perbuatan itu akan lebih mengena dari pada hanya omong kosong saja.

Terlepas dari dalil ini itu yang biasanya dipakai oleh para propagandis poligami kita harus tahu bahwa allah selalu memberikan hak kepada hamba-hambanya. Bukan hanya kepada kaum adam untuk berpoligami tetapi juga kepada kaum hawa untuk tidak mau dipoligami.

Kalau kita berbicara tentang dalil poligami saya yakin diantara kita pasti akan terjadi banyak sekali perbedaan pendapat mengenai yang dikehendaki oleh ayat poligami itu. Dan saya kira lebih baik memang kita sepakat untuk tidak sepakat dengan monotafsir ayat poligami itu. karena penafsiran akan selalu berbeda dari satu orang dengan orang lain, dari pendekatan satu dengan pendekatan yang lainnya. Tentu saja itu sah-sah saja selama ayat yang kita perdebatkan tersebut bukan termasuk ayat yang muhkamat.

Kemudian setelah alqur'an sang propogandis poligami biasanya atau mungkin malah pasti akan mencari dukungan dari hadits nabi. Kalau sudah sampai di sini sekilas mereka pasti akan tambah yakin bahwa poligami harus segera ditegakkan karena nabi pada kenyataannya pernah menikahi lebih dari satu wanita. Itu seakan mengatakan bahwa poligami memang syariat yang diajarkan oleh nabi kepada umatnya.

Menyakinkan memang, tapi banyak orang yang terkecoh dengan hadits nabi tersebut. Kita sepakat bahwa apa yang dilakukan nabi (perbuatan nabi) adalah termasuk hadits fi'li yang bisa kita jadikan hujjah dan dalil atas argument kita. Tapi tunggu dulu, masalah poligami tidak bisa kita hakimi dengan sebatas dalil tekstual al qur'an ataupun hadits saja.

Setidaknya kita harus merunut masalah satu persatu agar poligami ini benar-benar jelas keberadaannya, tujuannya, dan kapan harus dianjurkan kepada umat dan masyarakat.

Menurutku, secara historis kita tidak dapat mengelak bahwa poligami memang ada dalam islam. Selain bukti bahwa nabi pernah memperistri lebih dari satu wanita bukti lain tentu adalah ayat al qur'an yang membolehkan seorang lelaki menikahi lebih dari satu wanita (matsna wa tsulatsa wa ruba'). Itupun terlepas dari fakta bahwa jauh hari sebelum islam kaum arab jahili memang berkebiasaan memperistri banyak wanita. Bahkan konon raja-raja zaman dahulu mempunyai istri sampai puluhan yang disimpan dalam istana mereka. Nah, justru saat itulah islam datang dengan membawa ajaran poligami yaitu memberikan batasan beristri kepada para suami zaman itu. Ketika adat kebiasaan masyarakat kala itu sah-sah saja beristri sampai puluhan maka islam mengajarkan dan membatasi dengan hanya boleh menikahi maksimal empat wanita. Itu pun harus didahului dengan alasan-alasan syar'i yang logis.

Kalaupun dulu nabi pernah memperistri lebih dari empat wanita toh para ulama' sepakat bahwa itu merupakan kehususan yang diberikan allah hanya kepada nabi saja. Bahkan yang unik selama hidup nabi Muhammad lebih banyak menghabiskan umurnya dengan bermonogami dari pada berpoligami. Seperti yang kita tahu nabi Muhammad sangat setia menemani sayidatina 'Khodijah istri pertamanya sampai bertahun-tahun. Baru setelah kematian khodijah nabi menikah kembali dan juga menikahi beberapa wanita itupun kebanyakan yang dinikahi nabi adalah para janda. Bahkan kalau kita mau meneliti hadits-hadits nabi tidak satupun yang mengatakan dengan jelas bahwa nabi menganjurkan para lelaki untuk berpoligami. Yang ada malah hadits yang menceritakan tentang kisah sahabat ghailan bin salamah al tsaqofi yang mempunyai banyak istri. Kemudian nabi Muhammad memerintahkannya utuk menceraikan istri-istriya dan memilih empat saja.

Terkadang seseorang salah mengerti dan salah sangka dengan kenyataan fakta ini. Point penting yang selama ini luput dari pikiran kita adalah keberadaan poligami dalam islam. Mengakui bahwa poligami itu memang ada dalam islam bukan berarti kita harus mengkampanyekan dan menganjurkan setiap suami untuk memadu istrinya. Itu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Bahkan hal itu bisa berakibat mendholimi istri-istri dan kaum hawa, padahal pada awalnya islam memberikan opsi poligami adalah dalam rangka menyelamatkan harkat wanita, memuliakan wanita, dan untuk mengatur gaya hidup para kaum jahiliyah pada saat itu.

Harus kita ingat bahwa dalam islam keberadaan poligami adalah sebagai solusi bukan sebagai syariat murni. Artinya ciri khas dari sebuah solusi adalah kemampuannya untuk memberikan alternatif penyelesaian dalam rumah tangga, masyarakat, dan umat islam. Jadi poligami tidak bisa seenaknya saja dilakukan oleh para suami tanpa didahului sebuah permasalahan yang mengaharuskan untuk melakukannya. Tentu saja masalah di sini sangat umum dan banyak sekali bahkan mungkin setiap orang akan berbeda-beda. Misalnya ketidakmampuan seorang istri dalam memberikan keturunan kepada suaminya, atau saat sang istri menderita sakit parah yang mengakibatkan tidak dapat memberikan kepuasan batin kepada sang suami, atau disaat satu daerah banyak sekali janda tua dengan anak-anak yatim mereka yang terlantar dan tidak terurus (seperti dalam ayat al qur'an). Itu semua pun harus dengan syarat atas persetujuan sang istri. dan seandainya sang istri tidak mengijinkan suaminya untuk berpoligami maka dengan alasan apapun saya rasa poligami tidak dapat dibenarkan.

Pendapat saya ini tentu saja bukan pendapat yang garing akan dalil-dalil syar'i seperti dalil imam masjid di sana. Bukankah kita tahu dalam usul fikih ada istilah (la yuzalu al dharar bi al dharar). Bahwa sebuah permasalah tidak boleh diselesaikan dengan sesuatu yang juga akan memberikan masalah lain. Kalau poligami dibolehkan begitu saja tanpa alasan dan persetujuan sang istri tentu ini akan menjadikan masalah baru dalam keluarga. Maka harus kita carikan solusi lain yang sekiranya tidak tabrakan dan tidak memberikan masalah baru. Kalau sudah tidak ada solusi lain maka kran poligami baru boleh dibuka untuk para suami.

Masalah yang dipersoalkan oleh imam masjid di arab tersebut saya rasa masih bisa diatasi dengan solusi lain yang lebih arif dan tidak melukai perasaan ibu-ibu di sana. Kalau masalahnya hanya tentang pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan wanita, atau banyaknya wanita yang belum menikah saya kira belumlah sampai pada titik yang mengharuskan kita untuk membuka kran poligami untuk para suami.

Dengan berfikir bijak seharusnya kita bias menjawab persoalan umat tanpa harus menipu diri kita sendiri. Saya jadi teringat ketika saya bertanya pendapat seorang teman tentang poligami. Dia menjawab dengan nada sangat enteng " kalau saya sih setuju aja poligami asal bukan saya yang dipoligami". Terus saya berfikir bagaimana seandainya semua jawaban wanita sama dengan jawaban teman saya itu (?).

Baca SelengkapnyaMemahami Poligami
0 comments

Ananiyah (Pola Hidup tak Berkemanusiaan)


Tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain meniscayakan adanya hubungan interaktif, sinergis dan mutualisme diantara sesamanya. Hal ini sangat penting dalam membentuk kehidupan masyarakat yang berkebudayaan. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang mampu memhasilkan kebudayaan yang tinggi. Dan kebudayaan yang tinggi tercipta diawali dengan adanya egaliterianisme dalam masyarakat itu sendiri. Selama masih terjadi kesenjangan-kesenjangan sosial dalam masyarakat maka selama itu pula kebudayaan yang tinggi tidak akan pernah bisa tercipta.
Pemandangan kontras dalam suatu komunitas yang penuh dengan kesenjangan pasti secara otomatis akan menjadi satu miniatur kebudayaan rendah yang nihil dari nilai-nilai luhur sosial. Bayangkan jika disebelah kita masih banyak rumah-rumah reot sementara kita terus meninggikan bangunan rumah kita dengan dengan tiang-tiang pencakar langit. Atau pemandangan seorang yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, bergelimangkan harta, sementara masyarakat di sekelilingnya rame-rame nongkrong di pos ronda kampung karena tidak mempunyai pekerjaan. Itu semua adalah sebagian dari contoh umum kehidupan sosial yang tak berkebudayaan. Yaitu kumpulan masyarakat yang kosong akan nila-nilai luhur kebudayaan.
Untuk membentuk satu masyarakat yang berbudaya maka harus dimulai dari komunitas yang terkecil. Masyarkat terdiri dari kumpulan komunitas-komunitas dan pembentukan kebudayaan pastinya akan dimuali dari komunitas-komunitas tersebut. Satu komunitas yang terdiri dari kumpulan manusia-manusia yang berbeda baik daerah, strata ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Akan tetapi semuanya berkumpul dalam satu lingkungan karena saling membutuhkan dengan yang lainnya serta adanya kesamaan visi dan tujuan. Jadilah ia komunitas kecil yang hampir mirip dengan keluarga. Misalnya dalam komunitas kos-kosan, komunitas pesantren, dan lain sebagainya.
Lebih spesifik lagi ada hal yang dapat membuat kehidupan sosial dalam satu komunitas menghilang. Sikap ananiyah atau egoisentrisme dalam diri seseorang akan mengakibatkan hilangnya stabilitas sosial komunitas tersebut. Ketika seseorang tidak lagi memiliki kepekaan sosial maka ia akan cenderung selalu melakukan sesuatu hanya untuk dirinya sendiri. Padahal salah satu kaidah umum tak tersurat dalam komunitas yang berkebudayaan adalah adanya sikap selalu mendahulukan kepentingan bersama dan sebisa mungkin menghindari sesuatu yang dapat merugikan kepentingan bersama.
Hilangnya sikap peka terhadap lingkungan menjadi awal dari hancurnya bangunan keharmonisan satu komunitas. Tentunya hal ini sangat bersifat subjektif karena sasarannya adalah individu dari setiap anggota komunitas tersebut. Sikap egoisentrisme atau ananiyah hanya akan membentuk pola hidup yang takberkemanusiaan dalam satu komunitas tertentu. Betapa menakutkannya sifat egois seseorang sampai dapat mengarah pada kehidupan yang tak manusiawi. Hal ini sangat wajar terjadi karena kehidupan bersama mengharuskan adanya komunikasi yang inherent. Rasa toleransi serta kesadaran untuk berbagi merupakan unsur pembentuk yang wajib terpenuhi dalam membentuk kehidupan yang manusiawi. Seandainya satu komunitas nihil dari unsur-unsur tersebut maka kehidupan yang sehat dan harmonis mustahil akan tercipta.
Kehidupan yang berkebudayaan hanya mungkin tercipta jika setiap individu di dalamnya mempunyai sifat toleran, sadar diri, peka terhadap lingkungan, dan kemauan untuk memanusiakan orang lain. Sifat-sifat tersebut tidak lain adalah oposite atau kebalikan dari sifat ananiyah atau egoisentrisme.
Selain membuang jauh sifat egoisentrisme dalam diri kita faktor lain yang penting untuk diperhatikan dalam kehidupan bersama adalah kesadaran untuk berbagi, dan kemauan untuk memanusiakan orang lain.
Kehidupan akan terasa dingin dan beku ketika tidak ada kesadaran untuk berbagi diantara setiap anggota komunitas. Juga kesadaran untuk tidak melakukan sesuatu yang akan berakibat merugikan orang lain. Contoh kecil yang menggambarkan betapa kesadaran untuk berbagi sangat penting dalam kehidupan bersama. Mungkin ada sebagian orang yang sangat muak dan tidak nyaman saat teman serumah atau sekamarnya selalu masak dan makan sendiri. Tanpa berempati kepada teman lainnya yang barangkali juga belum makan. Malah celakanya kalau ada teman lain masak dia ikut makan juga. Atau kesadaran untuk menutup pintu kamar mandi setelah menggunakannya. Hal-hal yang sangat sepele seperti ini terkadang tidak disadari oleh sebagian orang. Terkadang kita tidak sadar apa yang kita lakukan merugikan orang lain dan tidak baik untuk kehidupan bersama. Padahal inilah sebenarnya bibit-bibit sifat egoisentrisme yang tak manusiawi..
So...mari belajar dari lingkungan kita, mari belajar untuk peka dengan sekeliling kita..!
Baca SelengkapnyaAnaniyah (Pola Hidup tak Berkemanusiaan)
0 comments

Pisau Itu



tiba-tiba aku tertarik untuk menyebutnya
sebuah pisau,
ia yang sangat tajam, bersinar di setiap sudutnya,
tentu akan banyak sekali manfaatnya.
tapi ia juga sangat berbahaya
setiap saat orang bisa saja terluka olehnya.
tak sedikit yang tak sanggup menanganinya,
meninggalkan pisau itu
lalu mencari pisau lain yang lebih aman.
dan aku,
aku mungkin salah satu saksi
begitu berbahayanya pisau itu,
ketajamannya bahkan terlalu sulit untuk dikendalikan.
tapi itulah yang menantang,
baru kemarin saja aku merasakan tertusuk oleh pisau itu.
tepat di dadaku,
aku pun heran
mengapa ia bisa menusuk dadaku meski dari belakang,
tak lain dan tak bukan karena ia terlalu liar.
meski sebelumnya aku hampir sering tergesek,
dan kadang tersayat oleh pisau itu
tentunya bukan karena kecerobohanku,
tapi mungkin karena pisau itu terlalu liar untuk dikendalikan.
ia bak mengandung ilmu kayangan,
yang setiap saat selalu berubah arah
dan tak tentu geraknya.
jangan tanya apakah terasa sakit,
meski memang tak menetes sedikitpun darah dari lukaku.
aku memang sengaja tetap menjaga pisau itu
karena bagiku ia adalah segala-galanya.
semua orang tahu akulah sang empunya pisau itu setelah orang yang pertama kali menciptakannya.
sengaja pula aku tak berusaha mengobati tusukan itu.
bagiku menutupnya dengan perban secukupnya akan lebih aman
ketimbang aku mencari tabib lain untuk mengobati luka itu.
sembari berharap
semoga luka itu tak tertabur garam oleh tangan yang sama
(seandainya memang ada tangan yang sengaja menggerakkan pisau itu untuk menusukku)
dan sembari berhati-hati
agar luka itu tak tersentuh oleh mata pisau yang sama.
karena aku tak yakin
apakah aku masih mampu hidup
seandainya pisau itu menikamku kembali.
karena ia terlalu tajam,
dan racunnya bisa membinasakan siapa saja yang didepannya.
karena ia terlalu unik,
aku pikir tak banyak orang yang bisa mengendalikannya.
tapi bukan berarti tak ada sama sekali.
aku masih tetap berharap pisau itu adalah milikku,
sampai ia menemukan sendiri mata pisau pasangannya.
Baca SelengkapnyaPisau Itu
0 comments

Kematian Perasaan


semuanya meledak seperti otakku saat ini.
memang adakalanya kita harus hancur berkeping-keping
bagai tertimpa meteor besar mengerikan yang membuat tubuh kita remuk
tak tersisa sedikitpun,
namun anehnya kita masih saja bisa merasakan sakitnya tertimpa meteor itu
hingga kita tersiksa menahan rasa itu.
mungkin memang harus adakalanya tumpukan kayu yang sudah kita susun tinggi berharap bisa mencicipi manisnya buah yang bergelantunagn di atas pohon raksasa bernama "kebahagiaan" runtuh tersapu angin topan yang ganas dan mengerikan.
seperti tak berperasaan iapun menghancurkan semua jerih payah yang entah sudah menguras berapa liter keringat kita.
seperti tak mau tahu iapun menggilas habis tumpukan harapan dan mimpi indah yang telah tersusun entah berapa ratus tahun lamanya.
seperti tak berperasaan iapun pergi begitu saja meninggalkan puing-puing reruntuhan yang entah akan terbangun kembali atau tidak.
karena memang terkadang kita harus berhadapan dengan mahkluk-makhluk yang tak berperasaan,
seperti meteor itu.
dan tiba-tiba aku seperti bosan dengan kehidupanku yang hampa tanpa isi,
kosong tanpa warna sedikitpun
bahkan tak dapat kukatakan hitam.
mungkin aku tak menyadari bahwa aku telah mati,
nyawaku telah hilang tercabut oleh malaikat takdir yang tak bersahabat,
jasadku telah remuk hancur tergerus keganasan meteor.
pun saat aku mencoba merangkak kembali mencari sisa-sisa semangatku tuk kumpulkan sisa-sisa bangkai tubuhku,
telah ada bayangan meteor yang terlihat kejauhan mengahantui jiwaku.
membuatku semakin lemah,
membuatku semakin ragu untuk kembali bangkit.
aku lelah dengan hari-hariku.
aku letih dengan perjuangan ini.
Baca SelengkapnyaKematian Perasaan
Kamis, 06 Desember 2007 0 comments

Buku Tamu

Terima kasih anda sudah berkunjung ke blog saya. Silahkan tinggalkan pesan, kesan, atau testimoni anda tentang blog ini melalui akun facebook anda atau melalui coment box yang ada di bawah. Semoga dapat saling memberikan manfaat. keep reading guys! :)

Baca SelengkapnyaBuku Tamu
 
;