Jumat, 01 Agustus 2008 0 comments

Tribut To Sisukka


mau ngomong apa yah........
ah gak baik terlalu banyak komentar tentang ini,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
just wanna say,
good bey sisukka...
hope you will full happy there with some one else
thanks for everything
maaf kalau aku harus tegas begini,
aku hanya ingin membantu mengurangi beban pilihanmu,
thats all....
thanks so much.....
Baca SelengkapnyaTribut To Sisukka
2 comments

Ketika Islam Menjadi Budaya



Waktu itu jam delapan pagi aku berangkat ke kampus dengan tas lusuh kesayanganku. Jam segitu memang waktu penuhnya penumpang karena kebanyakan orang mesir berangkat kerja pada jam delapanan. Seperti biasa aku menunggu bis di trotoar pinggir jalan.

Tahukah kamu pemandangan apa yang aku lihat di trotoar kala itu? Bukan gerombolan muda mudi yang sedang geguyonan sambil teriak-teriak manja atau bukan hanya sekadar manusia-manusia yang memasang muka jenuh menanti bis yang ditunggunya tak kunjung tiba. Tapi suasana sejuk bapak-bapak dan anak muda yang mencangking al-qur’an dan melantunkannya dengan suara yang cukup indah. Bahkan didalam kerumunan bis yang penuh sesak pun masih ada saja seorang pemuda berkaos pendek yang dengan asik melantunkan al-qur’an. Dan tahukah kamu apa yang dilakukan penumpang lain? Bukan memasang senyum kecut lantaran suara pemuda itu atau sekadar mencibir sembari berbisik “sok suci banget sih di dalam bis aja baca qur’an”. Tapi mereka itu menikmati setiap bacaan alqur-an dari pemuda itu. Tidak begitu keras memang tapi cukup untuk menjangkau sampai beberapa kuping disekitarnya.

Itulah kehidupan pagi di cairo dan suasana trotoar hingga hiruk pikuk di dalam bis cairo. Tapi yang menarik bukan itu, yang menarik adalah suasana dan budaya orang cairo. Sebagai salah satu negara yang terletak di bagian arab atau timur tengah tidak aneh memang jika suasana kehidupannya sangat kental dengan nuansa islami. Sampai-sampai islam sudah menyatu menjadi sebuah budaya. Tidak ada yang tabu lagi dalam menjalankan islam di setiap kehidupan.

Cerita tadi menggambarkan betapa islam telah bersatu dalam kehidupan masyarakat cairo. Islam telah menjadi budaya yang semua orang tahu dan melaksanakannya. Islam bukan hanya diterjemahkan sebagai sebuah dogma yang rigid dan hanya bisa temui dalam masjid-masjid atau kegiatan formal lainnya. Dan begitulah semestinya islam berperan dalam kehidupan masyarakat. Bukan hanya dalam bentuknya yang formal akan tetapi juga dalam bentuknya yang kultural. Karena ketika kita menarik islam dan memasukkannya ke dalam kehidupan kultural masyarakat maka yang akan terjadi adalah perpindahan nilai-nilai islam dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Contoh kecilnya, Islam mengajarkan kita untuk selalu mengucapkan salam saat kita berjumpa dengan seseorang. Itu merupakan satu nilai yang sangat tinggi. Sebuah upaya untuk mendekatkan hati diantara sesama, saling mengenal, mempererat persaudaraan dan menebarkan kasih sayang. Tapi banyak dari kita malah berpikiran kalau mengucapkan salam di jalan itu hal yang kuno dan terkesan tabu. Mungkin kita berasa gengsi untuk melakukannya atau takut dibilang “sok alim”.

Pertanyaannya, mengapa itu tidak terlihat sama sekali dalam kehidupan di indonesia? Padahal Indonesia tercatat sebagai salah satu negara berpenduduk islam terbesar di dunia. Seharusnya meskipun bukan termasuk negara yang terletak di bagian arab tapi nuansa dan budaya islam bisa kita rasakan di indonesia.

Pernahkah anda menemui susana seperti cerita tadi di Indonesia? Orang Indonesia mungkin masih menganggap membaca al-qur’an di tempat-tempat umum seperti di trotoar, terminal atau di dalam bis sebagai hal yang tabu dan terkesan pamer. Bahkan dilingkungan dekat pesantrenpun biasanya pikiran seperti itu masih banyak kita temui. Mungkin mereka menganggap itu adalah satu kegiatan ibadah yang harus dikerjakan dalam waktu dan tempat tertentu. Padahal itu sama sekali jauh dari benar.

Ada satu ironi yang lebih memilukan lagi yaitu ketika banyak kalangan yang getol meneriakkan formalisasi islam itu lupa dengan cara yang mereka tempuh. Formalisasi islam adalah hal yang bagus tetapi semuanya hanya akan menjadi sia-sia jika masyarakat tidak ditopang dengan dasar kultural islam yang kuat terlebih dahulu. Semuanya hanya akan terasa seperti peraturan yang garing dan tanpa nilai karena kehadirannya belum bisa dipahami dengan benar. Itulah mengapa dakwah dan penyebaran islam secara kultural sangat penting dalam masyarakat. Lewat kehidupan sehari-hari dengan cara menyebar luaskan nilai-nilai islam yang sesuai dengan kultur dan budaya masyarakat. Dalam hal apapun dan dalam hal seremeh apapun.

Maka ketika islam menyatu dengan budaya masyarakat tertentu secara spontan dan tanpa sadar ajaran-ajaran islam akan mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Mereka pun tidak akan merasa terbebani dan setengah hati dalam melaksanakan islam. Berbeda jikalau islam secara sporadis dipaksakan secara formal dalam masyarakat sedangkan dilain pihak mereka belum siap menerima gaya dan semua tetek bengek islam secara formal dan menyeluruh. Yang ada mereka pasti akan menolak, merasa terbebani, dan tidak sepenuh hati dalam melaksanakan segala peraturan itu. Pun islam akan berubah menjadi sesuatu yang kurang manis jika dibawakan dengan cara-cara yang sporadis dan membabi buta.

Mengapa harus secara gradual dalam menyebarkan islam dengan cara kultural? Karena seperti kita tahu sendiri Indonesia secara historis memang bukan negara yang dekat dengan kebudayaan islam. Sejarah mencatatkan bahwa negara kita dulunya lebih dekat dengan kebudayaan hindu-budha yang mengakar lewat kerajaan-kerajaan kuno kala itu. Islam baru datang ketika tipologi masyarakat kala itu sudah lumayan mapan dengan kebudayaan hindu-budha. Dan sejak dikenalkan oleh para saudagar arab mulai saat itulah sedikit demi sedikit kebudayaan islam mulai dikenal masyarakat Indonesia.

Untuk itu menurutku akan lebih efektif jika tenaga yang kita miliki ini kita pergunakan dahulu untuk menyebarkan islam secara kultural, secara damai, mendekati mereka dengan cara yang baik. Melalui kehidupan sehari-hari baik dalam berperilaku, bertutur sapa maupun dalam berhubungan dengan tuhan. Kalau masyarakat sudah kuat tertanam nilai-nilai islam maka saya yakin tanpa harus berteriak-teriak tentang formalisasi islam mereka sudah akan paham tentang apa yang seharusnya mereka lakukan sesuai dengan islam. Karena kehidupan yang damai juga harus dilalui dengan cara dan proses yang damai pula.

Baca SelengkapnyaKetika Islam Menjadi Budaya
 
;