Senin, 17 Juni 2013

Rajab dan Stiker Mungil



“kalau sampai hari ini doa anda belum terkabul, sudahkah anda menemui Allah dengan tepat waktu?” 

Kalimat di atas adalah bunyi tulisan dari sebuah stiker kecil bergambar seorang lelaki yang sedang menengadahkan tangannya seperti sedang berdoa. Saya menemukan stiker itu tertempel di papan iklan sebuah masjid. Kalimat yang simpel tetapi cukup untuk menyindir dan mencubit hati siapapun yang membacanya. Setebal apapun kulit hatinya pasti akan terasa dan membikin muka merah karena malu. 

Dan tepat disamping kiri stiker tersebut terpasang satu pamflet berwarna hijau daun. Dalam pamflet itu tertulis sebuah pengumuman “hadiri dan ikutilah pengajian rajab setiap malam jum’at ba’da isya’ oleh KH……..”. Keningku makin meninggi, benar-benar rajab yang spesial ditambah stiker yang spesial pula. Karena penasaran, setelah sampai di rumah saya mencoba iseng-iseng membuka salah satu buku di rak meja. Benar saja, banyak hadits yang menceritakan kepada saya tentang keagungan bulan rajab yang sedang kita singgahi ini. 

Rajab, seperti yang banyak ditulis dalam kitab-kitab turats adalah salah satu bulan yang dimulyakan oleh Allah swt (asyhur al-hurum). Dalam kitab yang saya baca itu, Qadhi al-Baidhowi menafsirkan ayat “minha arba’atun hurum” bahwa Allah swt telah menetapkan empat bulan yang dimulyakan, yaitu rajab, dzu al-Qa’dah, dzu al-Hijjah dan Muharram. Karena kemuliaan bulan rajab itu pula banyak riwayat yang menceritakan tentang keutamaan bulan ini. Diantaranya, bahwa barang siapa yang melakukan aktivitas ibadah di bulan ini maka kebaikannya akan dilipat gandakan sampai sepuluh kebaikan. Bahwa barang siapa yang solat sunnah setelah maghrib pada bulan rajab sebanyak dua puluh rakaat maka Allah swt akan menjaganya dari keburukan dunia dan akhirat. Bahwa berpuasa di hari pertama bulan rajab sama seperti menebus kesalahan tiga tahun yang telah lewat, dan seterusnya. Bahkan dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak pernah berpuasa selain di bulan ramadhan kecuali pada bulan rajab dan sya’ban. Tentu saja masih banyak riwayat lain yang menuturkan sederet fadhilah dan keutamaan bulan rajab. 

Maka sangat tidak mengherankan ketika banyak umat Islam, yang bersemangat melakukan puasa di bulan ini, mengadakan majlis ta’lim, pengkajian kitab dan juga pengajian-pengajian rutin. Umat islam memang dianjurkan untuk lebih banyak berdzikir, mendekat kepada Allah, meminta ampunan dengan taubat yang sebenar-benarnya serta memperbanyak aktivitas yang saleh. Maka inilah salah satu waktu dimana Allah membuka pintu rahmat dan maghfiroh lebih lebar kepada umatnya. 

Tentu kemudian ada banyak cara yang bisa dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Banyak bentuk ibadah, mulai dari puasa, solat, sedekah, dan lain sebagainya. Tapi saya menjadi teringat dengan stiker mungil di awal tulisan tadi. 

“kalau sampai hari ini doa anda belum terkabul, sudahkah anda menemui Allah dengan tepat waktu?”. Kalimat sederhana tersebut seakan mengingatkan kita bahwa selama ini kita kurang sepenuh hati berkomunikasi dengan Allah swt. Solat adalah ibadah paling mudah karena tidak memerlukan modal yang besar, tidak terlalu memberatkan manusia, dan dilakukan dengan serentak. Akan tetapi saking mudahnya terkadang kita malah memudah-mudahkan solat kita. Solat yang menjadi mi’raj manusia dengan Allah adalah sarana komunikasi seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Dan sewajarnya yang berlaku, tingkat kedekatan seseorang paling mudah bisa dilihat dari cara orang tersebut dalam berkomunikasi dengan yang lain. Semakin berkualitas, semakin dekat, semakin mesra seseorang dalam berkomunikasi dengan Tuhannya maka akan semakin mendekat pula Allah swt kepada kita. Jadi, jangan-jangan selama ini doa kita tertunda karena kita yang kurang mesra dengan Allah swt?, kata stiker itu. 

Ibarat seorang manusia, ketika kita sedang dekat dengan seseorang maka kita akan selalu rindu untuk selalu menemuinya. Waktu yang panjangpun terasa singkat jika sedang bersama dengan orang yang didekati. Bahkan ketika dipanggil, baru satu kata sudah buru-buru ingin berangkat seakan tak rela si dia menunggu terlalu lama, seakan takut mengecewakan panggilan si dia. Lalu, sudah seperti itu jugakah hubungan kita dengan Allah swt?. Sepertinya pertanyaan itu yang hendak ditanyakan dalam stiker mungil berukuran post card tersebut. 

Dan ternyata yang kita lihat selama ini jawabannya sangat variatif, bermacam-macam alias warna-warni. Tapi yang hendak disindir oleh stiker itu adalah kebiasaan kita yang tak terlalu dekat saat berkomunikasi dengan Allah swt tapi selalu menuntut yang lebih dari Allah swt. Mungkin masih ada orang yang justru berkeluh kesah saat mendengar kumandang adzan dari mushola-mushola. Bukan mengatakan alhamdulillah malah berucap “duh, kok cepet men wes kudu solat maneh”. Ungkapan yang sama sekali tak mengandung rasa rindu kepada Allah swt, rindu untuk segera menemuni-Nya lagi dengan cara solat. 

Ketika masuk solat pun seperti biasa hanya badan, raga, dan jasmani saja yang menghadap Allah swt. Jiwa, ruh, pikiran entah masih tertinggal dimana dan masih sedang sibuk memikirkan apa. Memang sulit untuk membawa jiwa seutuhnya saat salat. Kekhusyukan yang total hampir mustahil bisa dilakukan oleh manusia biasa. Akan tetapi tentu bisa kita rasakan bagaimana bedanya solat yang memakai perasaan dengan yang asal menggerakkan badan saja. Kenapa kita begitu tergesa-gesa memindah rukun ke rukun yang lain bahkan terkadang sampai tak sempat memenuhi thuma’ninah kita?. Padahal seharusnya kita bisa merasa sangat menikmati tiap rukun dalam solat itu, diam sejenak dan merasakan kenyamanannya. Seperti orang yang tak ingin cepat-cepat berpisah dengan orang yang dirindui. 

Yang lebih aneh lagi, ketika kita suka menunda-nunda solat. Padahal panggilan Allah sudah sangat keras melalui speaker mushola dan masjid. Tidak hanya satu kali, bahkan berkali-kali dan berulang kali dengan suara adzan yang berbeda-beda dari satu mushola ke mushola yang lainnya. Aneh, dipanggil berulang kali oleh Allah swt tidak segera datang dan menghadap tapi kalau manusia yang memanggil langsung berangkat dengan segera. Seperti kita lebih takut mengecewakan manusia daripada mengecewakan Allah swt. Seperti kita lebih khawatir orang lain menunggu terlalu lama dan tenang-tenang saja kalau Allah swt yang menunggu. 

Seperti itulah stiker mungil itu mengingatkan kita semua. Mengingatkan kita bahwa ada satu kesempatan bagus untuk memperbaiki hubungan ibadah kita kepada Allah di dalam bulan yang sangat mulia ini. Tentu akan sangat indah bila kita mau dan berani mencoba dan memulai memperbaiki hubungan ibadah kita kepada Allah dari bulan rajab yang agung ini. Dari ibadah yang terkecil sampai ibadah yang besar dan berat. Dari hanya sekadar memperbaiki salat sampai melakukan puasa dan sebagainya. 

Selamat menunaikan ibadah di bulan rajab, semoga kita semua ikut mendapatkan keberkahan dari bulan ini, dan semoga saya dan kita semua merasa tersindir dengan stiker mungil tersebut. Allahu a’lam.

0 comments:

Posting Komentar

 
;